Feature Communication Summit 2018


Mengapresiasi Film Indonesia melalui Communication Summit 2018
Communication Summit 2018 mencapai acara puncaknya pada Kamis, 26 April 2018. Event dari Program Studi Ilmu Komunikasi UBM ini menutup serangkaian kegiatan dengan seminar nasional. Bertempat di The UBM Grand Auditorium (TUGA), dengan mengusung tema FILM (Film Indonesia Layaknya Mahakarya).

Seminar nasional kali ini dinamakan “The Greatest Indonesian Showmovie”. Seperti pada umumnya, seminar dengan taraf nasional mulai dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dilanjutkan dengan lagu Mars UBM.

Video pembuka dari Comrade (HMJ Ikom UBM) menjadi rangkaian acara berikutnya. Video ini merangkum apa yang sudah dilakukan selama seminggu, baik itu lokakarya, screening & diskusi film, workshop dan perlombaan untuk lingkup internal kampus maupun eksternal.

Penampilan Levelous dari UKM Dance menjadi yang pertama dari performer lainnya. Levelous, yang beranggotakan perempuan berhasil menyihir peserta seminar yang hadir di TUGA. Selanjutnya, MC seminar hari ini naik ke atas panggung. Mereka adalah Yesica dan James yang berkesempatan untuk memandu acara akbar Commit 2018 ini.

Yesica dan James tidak langsung membuka seminar hari ini. MC kembali memanggil performer berikutnya. Kali ini dari Stand Up UBM. Sudah pasti mereka akan berbagi tawa dengan peserta seminar. George tampil sebagai pembuka dilanjut dengan Fatih. Benar saja, materi yang mereka bawakan mampu menghibur penonton. Poin lebih untuk George, ucapan dipadukan dengan gerakannya berhasil membuat penonton “pecah”.


Ketua Panitia Commit 2018, Yuri Alfrin memberikan kata sambutan
pada Seminar Nasional "The Greatest Indonesian Showmovie" di The UBM Grand Auditorium.

Kata sambutan dari Dekan FISH (Fakultas Ilmu Sosial Humaniora) dan Kaprodi Ikom, Sugeng Wahjudi menjadi rangkaian acara berikutnya. Seperti tidak mau kalah, beliau juga menyampaikan kata sambutan yang lain dari biasanya. Gelak tawa kembali mengiringi sepanjang kata sambutan yang disampaikan olehnya. Bukan saja dari Kaprodi Ikom, ketua panitia Commit 2018, Yuri Alfrin Aladdin juga menyampaikan kata sambutannya sekaligus melaporkan hasil kegiatan komunikasi yang sudah berlangsung sepekan.

Tibalah pada acara yang sudah ditunggu-tunggu hari ini. Sebelumnya, MC memanggil moderator hari ini yang merupakan dosen dari UBM Alam Sutera. Nico Setiawan dan Fanty Pratiwi naik ke atas panggung. Mereka pun mengundang narasumber untuk naik ke panggung.  Narasumber yang dihadirkan hari ini bisa dikatakan sudah ternama di perfilman Indonesia.

Ginanti Rona, sutradara dari film fenomenal Indonesia, The Raid dan The Raid Berandal. Film bergenre action, thriller ini menandai tonggak awal film Indonesia kembali dipandang di ranah internasional. Narasumber berikutnya adalah Brandon Salim, aktor remaja yang tengah naik daun berkat perannya sebagai Beni di film Dilan. Nama terakhir tentu saja menjadi magnet tersendiri bagi mahasiswa maupun tamu undangan yang sudah hadir.


Moderator memberi pertanyaan untuk Brandon Salim dan Ginanti Rona
pada Seminar Nasional Kamis, 26 April 2018. 

Pertanyaan pertama dilontarkan oleh moderator kepada kedua narasumber. “ .. sekarang lagi sibuk apa sih, mbak Ginanti dan Brandon?”, Fanty membuka pertanyaan yang tentu saja ingin diketahui oleh semua peserta yang sudah hadir. Ginanti sendiri baru saja menyelesaikan proses syuting film “Anak Hoki”, film yang bercerita sosok Ahok. Sedangkan, Brandon tidak sedang sibuk di film, tetapi saat ini tengah menjalani syuting series Korea yang tayang di Youtube berjudul “Love Distance”.
Dengan konsep talkshow, seminar nasional ini memang memberikan banyak ilmu khususnya mengenai perfilman Indonesia. Sebagai sutradara, Ginanti yang lahir di Lhoksemauwe ini mengaku baru menemukan passionnya di bidang perfilman saat pindah ke Jakarta. Film Kuldesak dan Pasir Berbisik menjadi film pertama yang ditonton oleh Ginanti. Namun dari sanalah semuanya berawal. Ginanti mulai ingin tahu mengenai film Indonesia dan ia pun memutuskan mengambil kuliah sutradara di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Lain halnya dengan Brandon Salim. Langkah awalnya bukanlah dimulai sebagai aktor. Brandon yang memang mencintai musik, memutuskan membuat band saat SMA. Tapi, jalannya sebagai musisi tidak sesuai harapan. Band dari Brandon malah lebih banyak membayar untuk tampil ketimbang mendapat bayaran. Melalui masukan ayahnya yang merupakan seorang host, Brandon mulai menekuni profesi sebagai host.  Ia merasa cocok menjadi host dan pada akhirnya jalan menjadi aktor pun mulai terbuka. Film Heart Beat menjadi film pertama Brandon di Indonesia dan berikutnya ia semakin suka dan mendalami menjadi aktor di Indonesia.

Meski banyak hal yang dilakukan, Brandon tetap menyukai apa yang sudah dilakukannya sampai saat ini. “Sebagai manusia, kalau kita mau sukses, kita harus fleksibel ..”, ucap Brandon yang sukses menginspirasi peserta seminar hari ini. Sementara itu, Ginanti mengaku dirinya memang berusaha untuk mampu mendobrak stereotip peran sutradara yang lekat dengan pria. Belum lagi, perjuangannya untuk membuat film dapat diterima oleh pihak XXI untuk dapat dinikmati masyarakat Indonesia. Ginan mengaku sebagai pembuat film di Indonesia masih terkendala dengan budget terbatas dan penjadwalan dengan para pemain.

Sesi berikutnya lebih mengundang atensi. Moderator yang membuka sesi tanya jawab juga disambut baik oleh peserta dengan banyaknya tangan yang teracung. Dari yang serius hingga yang mencuri kesempatan untuk menyapa Brandon Salim. Tak mau kalah, Brandon pun juga membalas setiap pertanyaan dengan tingkahnya yang membuat penonton, khususnya perempuan terbawa perasaan. Brandon Salim benar-benar menjadi daya tarik di seminar nasional kali ini.

Berlangsung selama 2 jam, talkshow ini ditutup dengan penyerahan plakat bagi Ginanti dan Brandon serta moderator, Nico dan Fanty. Tak lupa juga, momen tersebut diabadikan dengan berfoto bersama. Baik Brandon maupun Ginanti sama-sama mengajak untuk mengapresiasi perfilman Indonesia. Sudah selayaknya kita sebagai penonton, ikut terlibat dengan menyaksikan langsung film Indonesia di bioskop, bukan menontonnya hanya melalui streaming saja.

Waktu menunjukkan pukul 15.30, performer terakhir dari Groovoulution Band. Membawakan 2 lagu dari RAN dan Raisa, mereka berhasil mengajak penonton larut dalam suasana. Lagu Pandangan Pertama dan Yang Terindah pun dinyanyikan bersama dengan penonton yang sudah hadir.


Pengumuman pemenang kompetisi News Anchor 2018.
Chelsea Andriany (keempat dari kiri), dari UBM Ancol sukses meraih juara 1

Commit 2018 akhirnya resmi ditutup dengan pengumuman pemenang kompetisi yang sudah diadakan selama sepekan. Dalam Biems Radio Announcing Competition, SMK Negri 42 Jakarta dan SMA Kalam Kudus sukses meraih juara 1 dan juara 2. Perwakilan dari tiap sekolah naik ke atas panggung untuk menerima hadiah. Pengumuman berikutnya adalah News Anchor Competition. Setingkat lebih tinggi dari kompetisi radio, kompetisi ini diperuntukkan untuk mahasiswa baik dari kampus UBM maupun kampus lain. Shella Fendista, mahasiswi UBM Alam Sutera sukses meraih juara 3. Berikutnya, perwakilan dari Kalbis Institute, Bima Wahyu Aulani sukses meraih juara ke-2. Pada akhirnya, juara 1 disematkan kepada Chelsea Andriany, yang merupakan mahasiswi UBM Ancol. Pencapaian luar biasa bagi peserta kompetisi atau panitia yang sudah menyukseskan Commit 2018 patut diapresiasi. Semoga selalu ada peningkatan kualitas dari acara yang digelar setahun sekali ini. Sampai jumpa di Commit 2019!


Komentar

Postingan Populer